this blog is moved to:

Click on the link above, or you will be redirected in second.

Jadi Senior, makin banyak omong doank

Menjadi orang senior di kantor bisa jadi kebanggaan tersendiri bagi beberapa orang. Dihormati, dipandang, dikenal banyak orang, punya wewenang, punya kuasa, bisa perintah orang, bisa minta macam-macam, bisa apa saja sesukanya.. Hmm.. tidak semua orang sih, tapi hampir pasti rasa superior karena senioritas mengakibatkan seseorang merasa lebih daripada yang lain.
Tapi, apakah orang yang senior itu seimbang dengan label "SENIOR" yang ditempelkan padanya?
Ada beberapa kriteria yang menyebabkan orang menyandang label senior:
  • karena usia / masa kerja; yang ini jelas sekali ketika orang semakin tua akan semakin dihormati. Secara logisnya sih, orang yang semakin berumur itu semakin bertambah pengalamannya. Dengan pengalamannya tersebut, orang tersebut menjadi pusat untuk bertanya.
  • karena kepandaiannya; sehingga orang tersebut dikenal karena keahliannya.
  • karena kharisma / pengaruhnya; Banyak cara untuk meraih rasa simpatik setiap orang. Orang yang bisa mendapatkan rasa simpatik, akan dengan mudah mempengaruhi orang lain. Orang seperti ini belum tentu dia pandai dalam bidang / keahlian khusus, tapi daya tarik sosialnya mengakibatkan orang lain tidak mempermasalahkan kepandaiannya.
  • karena sifatnya; Hmm... bisa jadi orang yang galak dianggap senior... begitu? :P
  • karena sok senior; kalau yang ini memang orang yang tak tahu diri... :D
Semakin senior seseorang, (semestinya) makin banyak kerjaannya. Dan tentu saja dengan senioritasnya, orang tersebut akan dengan mudah mendelegasikan pekerjaannya kepada para bawahannya. Mereka tidak perlu mengerjakan hal-hal teknis lagi. Tinggal ngomong aja, semua beres..
Bahkan, bila sudah terlalu pandai, bisa bikin analisa yang aneh-aneh tanpa mempertimbangkan kemampuan teknis. Dan sebagai bawahan hanya manggut-manggut saja, entah mengerti atau tidak, yang jelas tidak berani untuk menolak.

Misalnya senior itu disuruh mengerjakan apa yang dia omongkan, mungkin rencana kerja yang semula 3 bulan dikerjakan menjadi 1 tahun lebih, karena secara teknis dia tidak menguasainya... hehehe...
Kadangkala senior itu juga ngomong hal-hal yang digunakannya untuk berkelit dari masalah, atau untuk mengamankan posisinya. Padahal yang diomongin senior itu sekedar omongan tanpa tindakan nyata, tanpa aksi yang berarti. NATO. OMDO.
Sedangkan dalam salah satu ayat tercetak: "Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (QS. 61:3)
Terbayangkah apabila kita menjadi senior, kemudian tidak ada orang di sekitar kita yang bisa kita suruh?
Kalau di rumah sendirian, mungkin senior itu mirip orang yang nyuruh-nyuruh, padahal pembantu lagi mudik...
(aby)

Aisyah, adinda siapa?

Bulan Ramadhan, bulan penuh rahmat, bulan yang dimuliakan.
 
Kali ini kita tidak membahas hikmah bulan Ramadhan, karena tentu saja sudah banyak yang lebih kompeten mengkuliti isi Ramadhan ini. Di bulan ini, di radio, tv, atau media lainnya, bahkan pengamen, mengumandangkan lagu - lagu islami, dari versi nasyid sampai dengan pop hingga rock. Salah satu lagu islami yang saya sukai adalah lagunya bimbo, yang judulnya "Aisyah adinda kita".
Aisyah dalam lagu itu digambarkan sebagai sosok pemudi yang diidam-idamkan, muslimah yang pantas jadi panutan. Mirip dengan Aisyah istri Rasul, hanya saja jamannya berbeda. Muslimah, prestasinya cemerlang, bintang kampus, aktivis juga, bagus akhlaknya, terlebih lagi: jelita ... Kurang apa coba? (almost) Perfect!

Ada yang menggelitik di dalam lirik lagu itu. Mulai Muharam 1401 Aisyah memakai jilbab. Dari liriknya, sepertinya Aisyah mulai memakai jilbab ketika akan lulus SMA atau mulai kuliah. Muharam 1401 bertepatan dengan bulan November 1980 dalam sistem kalender solar. Muharam 1404, Aisyah masih pake jilbab dan udah mo lulus... (dan daku baru lahir.. :( )

Lulusan SMA atawa orang mo kuliah itu rata-rata berumur sekitar 18 tahun. Berdasarkan data dan fakta tersebut, diperkirakan Aisyah lahir pada tahun 1962. Jadi, Aisyah dalam lagu tersebut tidak pantas lagi disebut adinda.. udah tua... hehehe...
Bagaimanapun juga, kita ambil aja inti cerita dalam lagu itu ... bahwa ada makhluk bergender wanita, seorang muslimah tulen, cerdas, berakhlak luhur, nan jelita..
Kira-kira istri siapa dia sekarang ya? Masih adakah Aisyah di jaman sekarang? Kalo ada, mau dunk jadi istriku... hihihii....
Oh iya, di bagian akhir dari lagu itu dituliskan, bahwa ada sepuluh, seratus, sejuta Aisyah... hmm... masih ada harapan... :D
Jadi, kalo ada yang punya adik yang mirip-mirip Aisyah gitu, ijinkan dunk ta'aruf ama daku... :P

CITIUS - ALTIUS - FORTIUS

Pernah jalan - jalan di sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta?
Pernah baca tulisan CITIUS - ALTIUS - FORTIUS yang berada di sekitar sana?
Tahu artinya tidak?
Meskipun sudah tahu atau belum, dan sekarang tidak sedang hangat - hangatnya olimpiade, tapi ada baiknya anda baca saduran berikut ini.


Disadur dari :
The Olympic symbols
© Olympic Museum and Studies Centre, Lausanne, 2002
source: http://multimedia.olympic.org/pdf/en_report_672.pdf

5 Cincin

5 cincin menggambarkan 5 benua.
Cincin tersebut terjalin untuk menunjukkan kebersamaan dan pertemuan para atlit dari seluruh dunia selama olimpiade.
Pada saat simbol cincin ini dikeluarkan pada olimpiade pertama kali, posisi jalinan pada cincin terkesan agak ganjil / aneh dibandingkan dengan yang ada sekarang ini.

Sekarang, simbol olimpiade ini memiliki aturan ketat. Standar grafiknya telah diatur sedemikian hingga, misalnya posisi dan warna dari setiap cincin (biru, kuning, hitam, hijau, dan merah).

Simbol cincin ini tidak dapat dipakai tanpa ijin dari International Olympic Committee (IOC).

Bendera

Pada bendera olimpiade, simbol cincin tampil dengan latar belakang putih.
Bendera ini menguatkan ide yang membawa seluruh negara dalam kebersamaan pergerakan olimpiade.

Motto

Motto olimpiade terdiri dari tiga kata dari bahasa Latin:
CITIUS - ALTIUS - FORTIUS
yang berarti:
FASTER - HIGHER - STRONGER
(tercepat, tertinggi, terkuat)
Tiga kata ini menganjurkan para atlit untuk memberikan kemampuan terbaiknya pada saat berkompetisi dan untuk melihat usahanya sebagai sebuah kemenangan.

Maksud dari motto ini adalah bahwa menjadi yang pertama bukanlah prioritas penting, tapi memberikan yang terbaik dan berusaha untuk meningkatkan mutu pribadi adalah tujuan yang bermanfaat. Hal ini berlaku untuk para atlit maupun kita.

Tiga kata Latin ini menjadi motto olimpiade pada tahun 1894, tahun pembentukan IOC. Pierre de Coubertin mengusulkan motto ini, berasal dari temannya Henri Didon, seorang pendeta Dominic yang mengajarkan olahraga kepada muridnya.

Untuk memahami motto ini, kita bisa membandingkannya dengan frase berikut:
The most important thing is not to win but to take part!
(Yang lebih penting bukan untuk menang, tapi untuk ikut serta.)
Ide ini dikembangkan oleh Pierre de Coubertin yang terinspirasi oleh khutbah Uskup Pennsylvania, Ethelbert Talbot, saat olimpiade di London pada tahun 1908.

Obor

Obor olimpiade adalah salah satu ciri khas dari Olimpiade. Dari saat obor dinyalakan hingga dikeluarkan, ada beberapa ritual yang harus dilaksanakan:

- penyalaan: Sesuai dengan asal mula Olimpiade, obor dinyalakan di Olympia, Yunani, beberapa bulan sebelum pembukaan. Obor ini hanya bisa dinyalakan dengan sinar matahari.

- rute keliling: Dari Olympia menuju tempat berlangsungnya olimpiade, obor melewati daerah, negara, dan benua yang berbeda.

- kedatangan di arena: pada hari pembukaan, obor masuk ke arena dan dinyalakan oleh pelari akhir. Obor menyala selama olimpiade berjalan dan dimatikan ketika olimpiade selesai.

(aby)