this blog is moved to:

Click on the link above, or you will be redirected in second.

CITIUS - ALTIUS - FORTIUS

Pernah jalan - jalan di sekitar Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta?
Pernah baca tulisan CITIUS - ALTIUS - FORTIUS yang berada di sekitar sana?
Tahu artinya tidak?
Meskipun sudah tahu atau belum, dan sekarang tidak sedang hangat - hangatnya olimpiade, tapi ada baiknya anda baca saduran berikut ini.


Disadur dari :
The Olympic symbols
© Olympic Museum and Studies Centre, Lausanne, 2002
source: http://multimedia.olympic.org/pdf/en_report_672.pdf

5 Cincin

5 cincin menggambarkan 5 benua.
Cincin tersebut terjalin untuk menunjukkan kebersamaan dan pertemuan para atlit dari seluruh dunia selama olimpiade.
Pada saat simbol cincin ini dikeluarkan pada olimpiade pertama kali, posisi jalinan pada cincin terkesan agak ganjil / aneh dibandingkan dengan yang ada sekarang ini.

Sekarang, simbol olimpiade ini memiliki aturan ketat. Standar grafiknya telah diatur sedemikian hingga, misalnya posisi dan warna dari setiap cincin (biru, kuning, hitam, hijau, dan merah).

Simbol cincin ini tidak dapat dipakai tanpa ijin dari International Olympic Committee (IOC).

Bendera

Pada bendera olimpiade, simbol cincin tampil dengan latar belakang putih.
Bendera ini menguatkan ide yang membawa seluruh negara dalam kebersamaan pergerakan olimpiade.

Motto

Motto olimpiade terdiri dari tiga kata dari bahasa Latin:
CITIUS - ALTIUS - FORTIUS
yang berarti:
FASTER - HIGHER - STRONGER
(tercepat, tertinggi, terkuat)
Tiga kata ini menganjurkan para atlit untuk memberikan kemampuan terbaiknya pada saat berkompetisi dan untuk melihat usahanya sebagai sebuah kemenangan.

Maksud dari motto ini adalah bahwa menjadi yang pertama bukanlah prioritas penting, tapi memberikan yang terbaik dan berusaha untuk meningkatkan mutu pribadi adalah tujuan yang bermanfaat. Hal ini berlaku untuk para atlit maupun kita.

Tiga kata Latin ini menjadi motto olimpiade pada tahun 1894, tahun pembentukan IOC. Pierre de Coubertin mengusulkan motto ini, berasal dari temannya Henri Didon, seorang pendeta Dominic yang mengajarkan olahraga kepada muridnya.

Untuk memahami motto ini, kita bisa membandingkannya dengan frase berikut:
The most important thing is not to win but to take part!
(Yang lebih penting bukan untuk menang, tapi untuk ikut serta.)
Ide ini dikembangkan oleh Pierre de Coubertin yang terinspirasi oleh khutbah Uskup Pennsylvania, Ethelbert Talbot, saat olimpiade di London pada tahun 1908.

Obor

Obor olimpiade adalah salah satu ciri khas dari Olimpiade. Dari saat obor dinyalakan hingga dikeluarkan, ada beberapa ritual yang harus dilaksanakan:

- penyalaan: Sesuai dengan asal mula Olimpiade, obor dinyalakan di Olympia, Yunani, beberapa bulan sebelum pembukaan. Obor ini hanya bisa dinyalakan dengan sinar matahari.

- rute keliling: Dari Olympia menuju tempat berlangsungnya olimpiade, obor melewati daerah, negara, dan benua yang berbeda.

- kedatangan di arena: pada hari pembukaan, obor masuk ke arena dan dinyalakan oleh pelari akhir. Obor menyala selama olimpiade berjalan dan dimatikan ketika olimpiade selesai.

(aby)